Kamis, 03 April 2014

CERPEN SECANGKIR KOPI




Senyuman mentari menyambut pagi yang cerah. Burung kecil berseru dengan kicaunya dari balik daun hijau yang melambai. Kicauanya, berderet dalam nada-nada yang melukiskan keceriaan. Di sekitarnya senyum bunga bermekaran menyambut, sembari memberi sarinya yang manis untuk kupu-kupu kecil berwarna-warni.
Elok, tatapan mata menjadi sejuk saat jendela terbuka menyaksikaan satu keharmonisan, berderet cerita menyambut kedamaian pagi dengan seteguk kopi hitam. Muka bumi tampak basah berlinang tetesan embun pagi yang merasuk kedalam jiwa yang damai. Semuanya nampak indah, alam yang harmoni menyambut pagi. Menjadi hidup semakin berseri. Dan tersaji dalam semangat pagi untuk kembali berlari mengejar mimpi.
Secangkir kehangatan kopi hitam rasa cinta damai menjadi menu istimewa pagi. Rasnya menghujam lidah dalam adonan perbauran manis dan pahit. Selera anak kos dan melambangkan makna hidup yang selalu beriringan antara suka dan duka. Antara baik dan buruk. Dan antara bekas-bekas kepahitan hidup yang melekat untuk selalu mengingatkan bahwa hidup adalah perjuangan yang keras untuk mencapai makna kebahagian.
Secangkir kopi hitam dan teman berdiskusi. Lembaran buku dan pena siap kembali untuk menuliskan satu kisah perjalanan hidup yang terkaji. Sebab hidup yang dikaji adalah hidup yang layak dihidupi. Merangkainya dalam bait-bait syair kehidupan, meletakan kejujuran dan keikhlasan sebagai kunci  membuka rasa syukur menuju alam kebahagian. Adonan kopi hitam yang pekat, menambah gairah untuk berbincang dalam kerasnya kehidupan. Menatap semua masalah dengan pilihan tanggung jawab. tak perduli apa itu pilihanya, sebab tanggung jawab atas pilihanlah menjadi konsekuensi untuk melanjutkan hidup atas pilihan.
Hidup yang bagaikan kopi adalah sebuah kewajaran. Sebanyak apapun gula yang kita berikan, tidak akan pernah menghilangkan rasa pahit yang melekat dalam kopi. Begitupun kehidupan, sejauh-jauhnya kita menghindar masalah, maka masalah akan selalu membayangi dalam pelarian. Hidup adalah masalah, oleh karenanya, masalah adalah tantangan hidup untuk dihadapi. Menghadapi masalah itu sebuah penghargaan atas hidup dalam sebuah pilihan dan kehendak besas yang melekatkan tanggung jawab sebagai insan. Itulah syukur atas nikmat dan karunia dalam bentuknya yang tidak kita tawar-tawar
Seteguk kopi yang melukiskan tersaji dalam adukan babak kehidupan. Air dan minyak tak pernah menyatu, tetapi menyeduh kopi dibarengi sesebatang rokok adalah kenikamatan santap pagi yang memuaskan para penghuni kos-kos-an. Mungkin itulah hidup, di balik ke-tidak menyatunya beberapa orang dan golongan akan dapat menyatu karena ada mediasi dengan kejernihan kepala dan akal fikir yang sehat.
Ah secangkir kopi tak terasa telah habis dalam tegukan kenikmatan. Rasanya mencair dibarengi lembaran kertas putih yang terukir dalam nada-nada kata oleh goresan tinta proses. Semoga akan menjadi album pagi menyambut hari meraih mimpi. Hidup adalah  mimpi. Dan kebagian adalah cita-cita sejati. Cinta itu seperti kopi paling enak di minum saat panas tapi resikonya jadi cepat habis,biar ga cepat habis ya meminumnya pelan pelan,tapi resikonya jadi keburu dingin.
                                                                        (Stepha Huru Hara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar